Sebagai buah eksotik dari daerah khatulistiwa, manggis merupakan suatu komoditas mewah diluar daerah asalnya. Pasaran untuk konsumsi buah segar tampaknya sangat terbuka.
Akan tetapi, mengapa buah yang begitu digemari dinegeri orang ini sangat terbatas penyebarannya? Dan, mengapa pula setelah hampir 80 tahun buah manggis ini dikenal oleh orang Eropa keadaanya sekarang hampir tidak berbeda dengan waktu itu?
Usaha perkebunan manggis sebenarnya sudah banyak dirintis di Negara-negara beriklim tropis.
Beberapa catatan kuno mengungkapkan bahwa introduksi tanaman manggis ke kawasan West Indies- Dominica, Trinidad, Tobago, Cuba Puerto Rico, dan Florida-membawa hasil yang kurang memuaskan.
Tanaman tersebut baru mulai menghasilkan buah setelah belasan tahun ditanam.
Akan tetapi, perbanyakan selanjutnya dari biji buah tanaman introduksi tersebut ternyata menghasilkan bibit yang lebih pesat pertumbuhannya. Ini diduga karena telah beradaptasi dengan lingkungan setempat.
Sebuah perkebunan di Honduras pada pertengahan tahun 70-an telah mempunyai kebun manggis seluas 20 acres (1ha=3,4711 acres) yang mulai berproduksi.
Pada kurun waktu yang sama di Canal Zone (panama) tengan dirintis suatu kebun manggis dalam skala komersial, kini diperkirakan sudah mulai berproduksi. Bahkan, di Mayagues Institute of Tropical Agriculture, Puerto Rico, pada tahun 1976 saja sudah memiliki sekitar 100 pohon manggis dalam kondisi pertumbuhan yang subur dsan produksi tinggi.
Ini belum termasuk 25 pohon manggis yang sekarang berumur 40-an tahun di kebun percobaab Universitas Puerto Rico, Rio Piedras.
Sebagai perbandingan, kebun percobaan Cipaku, Bogor, mempunyai beberapa pohon induk manggis berusia lebih Dari 60 tahun yang merupakan tanaman warisan landbouw sebelum perang dunia II.
baca juga
Koleksi tanaman manggis lainnya ada dikebun percobaan Institut Petanian Bogor di Jonggol, Bogor, sekarang sedang dirintis suaru kenun buah tropika khas Indonesia di desa mekarsari, kecamatan Cilengsi, Bogor.
Sekarang sedang dirintis suatu kebun buah tropika khas Indonesia di desa Mekarsari, Kecamatan Cilengsi, Bogor, yang antara lain menanam beberapa ratus pohon manggis.
Tampaknya masih jauh langkah yang harus ditempuh bila mengharapkan manggis dikebunkan secara komersial dalam skala besar.
Beberapa persoalan pokok seperti penyediaan bibit, cara budi daya yang efisien, cara mempersingkat masa mulai berproduksi, dan permodalan jangka panjang untuk tanaman ini masih merupakan kendala yang harus diatasi secara terpadu.
Sumber: Pembibitan dan Pembudidayaan Manggis, Penerbit: Penebar Swadaya